MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU DALAM MENYONGSONG ERA DIGITAL
Nur Arifinza Desi Wardana, S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 1 Pasean Pamekasan
Era
digital disebut juga era teknologi informasi dan komunikasi, di mana pada era
ini semuanya serba berbasis digital. Era digital sangat berpengaruh dalam
segala aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Untuk membantu proses
pembelajaran dalam memberikan ilmu pengetahuan, guru sangat berperan penting dalam
era digital, akan tetapi bagi guru yang tidak mau memperbaharui kompetensinya
dan tidak mau beradaptasi terhadap kondisi saat ini, maka akan menjadi beban
dan belenggu bagi tugasnya dalam mengajar dan mendidik siswa. Jika guru tidak
mau memanfaatkan era digital sebagai sumber belajar, tidak menutup kemungkinan
siswanya akan menjadi lebih pintar daripada gurunya, karena siswa sekarang
merupakan generasi milineal yaitu suatu generasi yang tidak terlepas dari
informasi digital (melek digital).
Rendahnya
kualitas guru yang tidak mau belajar dan menambah ilmunya, serta menganggap
sudah cukup pengetahuannya dengan alasan sudah banyak pengalaman dapat menyebabkan
pembelajaran menjadi monoton. Akibatnya, tidak terjadi pergeseran dunia
pendidikan konvensional (tatap muka) ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Artinya
guru sebagai produsen dan siswa sebagai konsumen, sehingga proses pembelajaran
menjadi statis (satu arah). Guru yang masih pemikirannya seperti ini,
menganggap proses pembelajaran harus dengan metode pembelajaran konvensional
(ceramah) karena guru disebut mengajar
jika sudah menyampaikan ilmu kepada siswanya.
Sedangkan
bagi siswa diharapkan jika ada kesulitan dalam belajar atau tidak bisa menjawab
soal tidak harus menunggu keesokan harinya, dengan membuka internet (google), semua akan cepat
terselesaikan. Namun disisi lain era digital juga mempunyai pengaruh negatif
bagi siswa seperti siswa cenderung malas belajar karena terlena fasilitas yang
diberikan misalnya media sosial (FB, WA. IG, dll) yang membuat siswa lebih suka
bermain atau berbicara dengan teman sekolahnya atau orang baru dikenal melalui
dunia maya.
Adanya
teknologi dan informasi yang begitu cepat, siswa lebih terbuka pemikirannya
karena semua informasi mudah didapat hanya dengan usapan jarinya, namun ada
beberapa siswa yang belum bisa memilah informasi yang baik dan buruk. Siswa
yang pemahamannya masih kurang langsung mengadopsi budaya barat yang
dianggapnya lebih maju dan modern. Hal ini menyebabkan interaksi sosial semakin
memudar. Kita bisa lihat di tempat umum meskipun banyak pelajar berkumpul di
sore hari untuk bersantai tetapi mereka sibuk dengan telepon seluler
masing-masing dan tidak ada interaksi diantara mereka, sehingga ada istilah
yang jauh menjadi dekat sedangkan yang dekat menjadi jauh. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya pergeseran nilai – nilai sosial ketimuran.
Dalam
menyongsong era digital di abad 21 ini, maka dunia pendidikan juga harus
menyesuaikan agar tidak terlindas zaman karena pendidikan merupakan tonggak
kemajuan suatu bangsa. Untuk menjawab tantangan era digital ini, dunia
pendidikan perlu meningkatkan kualitas guru yang berperan langsung dalam dunia
pendidikan, sehingga apa yang harus dimiliki oleh guru ?
1. Guru
profesional
Guru termasuk
suatu profesi. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut
keahlian dari para anggotanya (Priansa, 2014: 113). Artinya jabatan guru tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang tetapi orang khusus yang sudah menjalani
pendidikan keprofesian guru dan harus memiliki sertifikasi guru dengan
mengikuti pendidikan pelatihan profesi guru (PLPG) atau PPG setelah lulus baru
guru tersebut dikatakan sebagai guru profesional.
Untuk
menunjang guru profesional, maka guru tersebut harus meningkatkan
kompentesinya. Guru profesional itu harus memiliki kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi tersebut diharapkan dapat
dimiliki guru secara maksimal agar kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
dilaksanakan menjadi lebih efektif dan efisien dan menghasilkan siswa yang
berkompeten.
Guru yang
profesional bukan hanya menghasilkan siswa yang memperoleh hasil belajar tinggi
atau bagus, tetapi guru profesional itu juga dalam mengelola kelas dalam hal
ini proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar, sehingga input
(KBM) dan Output (hasil Belajar) semuanya tercapai.
2. Guru
Memahami Materi, Metode Pembelajaran, dan Penilaian
Menurut
Suparlan, 2006:52 dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memahami
tiga hal agar pengajaran di kelas berhasil yaitu Materi, Metode, dan Penilaian.
Dalam proses pembelajaran dan pengajaran ada yang perlu diperhatikan yaitu kesempatan
untuk belajar tidak hanya sekedar verbalistis menerima informasi dan
memahaminya melainkan dapat melakukannya sendiri secara mandiri maupun secara
kolaborasi misalnya siswa diajak mengamati dan melakukan percobaan uji makanan,
makanan yang mengandung amilum jika diuji dengan lugol akan mengasilkan warna
biru kehitaman cotohnya nasi,. Bahan makanan yang mengandung protein jika diuji
larutan biuret akan berwarna ungu contohnya tahu dan putih telur.
Pengalaman
belajar siswa harus memiliki kaitan dengan pengalaman mereka dalam kehidupan
sehari-hari serta difasilitasi oleh guru agar siswa tertantang menerapkannya
dan mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar. Guru juga harus memperhatikan
perbedaan gaya belajar dan perbedaan individual siswa dan sekolah harus menciptakan
kondisi lingkungan dan ruang kelas yang nyaman agar berlangsung pembelajaran
yang efektif.
Selain itu,
guru harus menguasai penilaian, ada lima kaidah penilaian yang harus dipahami
oleh guru dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, yaitu
: Valid, Edukatif, Ekplisit, Jujur, dan menyeluruh
3. Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Guru dalam meningkatkan
profesionalitasnya perlu adanya pengembangan profesi yang dikenal dengan
PKB. Pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalismenya
(Dirjen GTK, 2016: 6). PKB terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan karya inovatif.
Untuk menghadapi tantangan
profesionalitas, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya,
guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara
terus menerus (Suyanto, 2000: 34). Supaya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
seorang guru selalu baru maka perlu memanfaatkan suatu wadah forum ilmiah
seperti MGMP IPA. Manfaat ikut MGMP IPA misalnya guru dapat mempelajari konsep atau
soal yang belum dipahami agar tidak miskonsepsi serta cara menyampaikan materi
secara benar dan menarik kepada siswa, sehingga pelajaran IPA tidak membosankan
tetapi menyenangkan, selain itu guru juga mempunyai pengalaman praktek
percobaan IPA seperti bagaimana mencari bayangan yang dihasilkan oleh lensa,
yang bisa di praktekkan di sekolahnya agar siswa mempunyai pengalaman yang
nyata tentang lensa sehingga pembelajaran IPA menjadi bermakna.
Selain mengikuti kegiatan forum ilmiah,
guru juga perlu mengadakan suatu penelitian, misalnya penelitian tindakan kelas
(PTK) yang rumusan masalahnya yakni siswa pasif kalau
diminta memberi masukan kepada kelompoknya dan tidak berani bertanya pada
kelompok lain serta rendahnya hasil belajar IPA diduga
karena guru kurang tepat dalam pemilihan model dan metode pembelajaran. Tanpa pernah mengadakan penelitian atau karya tulis ilmiah
maka guru tersebut tidak akan punya gambaran dan solusi terhadap permasalahan
yang ada di kelas atau di sekolah. Peneltian memberikan dukungan empirik dalam
meningkatkan inovasi pembelajaran dan menunjang profesionalitas guru.
4. Guru
Menguasai TIK
Guru yang hidup di era milineal harus
menguasai teknologi informasi sebagai media pembelajaran, karena sumber
informasi saat ini menjadi barang publik yang dapat diakses di mana saja dan
kapan saja tidak hanya pada guru saja. Melalui media internet, ppt, video
pembelajaran, aplikasi praktikum sangat membantu guru dalam mendukung teori
kecerdasan ganda gardner dan memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda.
Saat ini yang lagi populer kelas
digital dengan aplikasi admodo, guru dapat membuat soal, tugas, e-book, video
pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar sendiri jika guru tidak masuk. Tentunya
semua ini akan tercapai jika guru tersebut menguasai TIK.
Di
era digital, dunia menjadi terasa sempit karena komunikasi sedemikian dekat
walaupun jauh. Akan tetapi semua itu tentunya memiliki sisi positif dan negatif
khususnya dalam dunia pendidikan. Guru sebagai agen pembaruan pendidikan harus meningkatkan
profesionalismenya dengan cara guru harus mempunyai kualifikasi pendidikan
minimal S1 dan sertifikat pendidik sehingga menjadi guru profesional, kemudian
guru juga harus memahami MMP yakni materi, metode pembelajaran, dan penilaian
sehingga dalam mengelola kelas berjalan dengan baik, artinya input (KBM) dan
Output (hasil Belajar) semuanya tercapai.
Untuk
meningkatkan profesionalitasnya perlu adanya pengembangan keprofesian
berkelanjutan dengan mengikuti diklat fungsional (MGMP) agar pengetahuannya
terus berkembang dan mengadakan penelitian agar proses pembelajaran di kelas
berkualitas serta guru perlu menguasai KTI untuk mendukung pembelajaran di era
digital karena guru zaman now merupakan guru smart generasi milineal.
Tantangan
pendidikan di era digital abad 21 akan terjawab, jika semua upaya diatas telah dilakukan
oleh guru, sehingga guru akan menjadi guru yang unggul dalam melatih ketrampilan
4C siswa yakni kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah,
komunikasi, serta kolaborasi atau kerja sama.
Daftar Pustaka
Dirjen GTK.
2016. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
Guru Buku 4. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Priansa.
2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru.
Bandung: Alfabeta.
Suparlan,
2005. Guru Sebagai Profesi.Yogyakarta.
Hikayat.
Suyanto,
2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan
Di Indonesia Memasuki Milineum III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.
Mantaap
BalasHapusSiipss...
BalasHapus