Jumat, 05 April 2019

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENYONGSONG ERA DIGITAL

Nur Arifinza Desi Wardana, S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 1 Pasean Pamekasan

Era digital disebut juga era teknologi informasi dan komunikasi, di mana pada era ini semuanya serba berbasis digital. Era digital sangat berpengaruh dalam segala aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Untuk membantu proses pembelajaran dalam memberikan ilmu pengetahuan, guru sangat berperan penting dalam era digital, akan tetapi bagi guru yang tidak mau memperbaharui kompetensinya dan tidak mau beradaptasi terhadap kondisi saat ini, maka akan menjadi beban dan belenggu bagi tugasnya dalam mengajar dan mendidik siswa. Jika guru tidak mau memanfaatkan era digital sebagai sumber belajar, tidak menutup kemungkinan siswanya akan menjadi lebih pintar daripada gurunya, karena siswa sekarang merupakan generasi milineal yaitu suatu generasi yang tidak terlepas dari informasi digital (melek digital).
Rendahnya kualitas guru yang tidak mau belajar dan menambah ilmunya, serta menganggap sudah cukup pengetahuannya dengan alasan sudah banyak pengalaman dapat menyebabkan pembelajaran menjadi monoton. Akibatnya, tidak terjadi pergeseran dunia pendidikan konvensional (tatap muka) ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Artinya guru sebagai produsen dan siswa sebagai konsumen, sehingga proses pembelajaran menjadi statis (satu arah). Guru yang masih pemikirannya seperti ini, menganggap proses pembelajaran harus dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah) karena  guru disebut mengajar jika sudah menyampaikan ilmu kepada siswanya.

Sedangkan bagi siswa diharapkan jika ada kesulitan dalam belajar atau tidak bisa menjawab soal tidak harus menunggu keesokan harinya, dengan  membuka internet (google), semua akan cepat terselesaikan. Namun disisi lain era digital juga mempunyai pengaruh negatif bagi siswa seperti siswa cenderung malas belajar karena terlena fasilitas yang diberikan misalnya media sosial (FB, WA. IG, dll) yang membuat siswa lebih suka bermain atau berbicara dengan teman sekolahnya atau orang baru dikenal melalui dunia maya.
Adanya teknologi dan informasi yang begitu cepat, siswa lebih terbuka pemikirannya karena semua informasi mudah didapat hanya dengan usapan jarinya, namun ada beberapa siswa yang belum bisa memilah informasi yang baik dan buruk. Siswa yang pemahamannya masih kurang langsung mengadopsi budaya barat yang dianggapnya lebih maju dan modern. Hal ini menyebabkan interaksi sosial semakin memudar. Kita bisa lihat di tempat umum meskipun banyak pelajar berkumpul di sore hari untuk bersantai tetapi mereka sibuk dengan telepon seluler masing-masing dan tidak ada interaksi diantara mereka, sehingga ada istilah yang jauh menjadi dekat sedangkan yang dekat menjadi jauh. Hal ini yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai – nilai sosial ketimuran.
Dalam menyongsong era digital di abad 21 ini, maka dunia pendidikan juga harus menyesuaikan agar tidak terlindas zaman karena pendidikan merupakan tonggak kemajuan suatu bangsa. Untuk menjawab tantangan era digital ini, dunia pendidikan perlu meningkatkan kualitas guru yang berperan langsung dalam dunia pendidikan, sehingga apa yang harus dimiliki oleh guru ?
1.    Guru profesional
Guru termasuk suatu profesi. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut keahlian dari para anggotanya (Priansa, 2014: 113). Artinya jabatan guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tetapi orang khusus yang sudah menjalani pendidikan keprofesian guru dan harus memiliki sertifikasi guru dengan mengikuti pendidikan pelatihan profesi guru (PLPG) atau PPG setelah lulus baru guru tersebut dikatakan sebagai guru profesional.
Untuk menunjang guru profesional, maka guru tersebut harus meningkatkan kompentesinya. Guru profesional itu harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi tersebut diharapkan dapat dimiliki guru secara maksimal agar kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan efisien dan menghasilkan siswa yang berkompeten.
Guru yang profesional bukan hanya menghasilkan siswa yang memperoleh hasil belajar tinggi atau bagus, tetapi guru profesional itu juga dalam mengelola kelas dalam hal ini proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar, sehingga input (KBM) dan Output (hasil Belajar) semuanya tercapai.
2.    Guru Memahami Materi, Metode Pembelajaran, dan Penilaian
Menurut Suparlan, 2006:52 dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memahami tiga hal agar pengajaran di kelas berhasil yaitu Materi, Metode, dan Penilaian. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran ada yang perlu diperhatikan yaitu kesempatan untuk belajar tidak hanya sekedar verbalistis menerima informasi dan memahaminya melainkan dapat melakukannya sendiri secara mandiri maupun secara kolaborasi misalnya siswa diajak mengamati dan melakukan percobaan uji makanan, makanan yang mengandung amilum jika diuji dengan lugol akan mengasilkan warna biru kehitaman cotohnya nasi,. Bahan makanan yang mengandung protein jika diuji larutan biuret akan berwarna ungu contohnya tahu dan putih telur.
Pengalaman belajar siswa harus memiliki kaitan dengan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari serta difasilitasi oleh guru agar siswa tertantang menerapkannya dan mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar. Guru juga harus memperhatikan perbedaan gaya belajar dan perbedaan individual siswa dan sekolah harus menciptakan kondisi lingkungan dan ruang kelas yang nyaman agar berlangsung pembelajaran yang efektif.
Selain itu, guru harus menguasai penilaian, ada lima kaidah penilaian yang harus dipahami oleh guru dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, yaitu : Valid, Edukatif, Ekplisit, Jujur, dan menyeluruh
3.    Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Guru dalam meningkatkan profesionalitasnya perlu adanya pengembangan profesi yang dikenal dengan PKB.  Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalismenya (Dirjen GTK, 2016: 6). PKB terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Untuk menghadapi tantangan profesionalitas, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus (Suyanto, 2000: 34). Supaya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki seorang guru selalu baru maka perlu memanfaatkan suatu wadah forum ilmiah seperti MGMP IPA. Manfaat ikut MGMP IPA misalnya guru dapat mempelajari konsep atau soal yang belum dipahami agar tidak miskonsepsi serta cara menyampaikan materi secara benar dan menarik kepada siswa, sehingga pelajaran IPA tidak membosankan tetapi menyenangkan, selain itu guru juga mempunyai pengalaman praktek percobaan IPA seperti bagaimana mencari bayangan yang dihasilkan oleh lensa, yang bisa di praktekkan di sekolahnya agar siswa mempunyai pengalaman yang nyata tentang lensa sehingga pembelajaran IPA menjadi bermakna.
Selain mengikuti kegiatan forum ilmiah, guru juga perlu mengadakan suatu penelitian, misalnya penelitian tindakan kelas (PTK) yang rumusan masalahnya yakni siswa pasif kalau diminta memberi masukan kepada kelompoknya dan tidak berani bertanya pada kelompok lain serta rendahnya hasil belajar IPA diduga karena guru kurang tepat dalam pemilihan model dan metode pembelajaran. Tanpa pernah mengadakan penelitian atau karya tulis ilmiah maka guru tersebut tidak akan punya gambaran dan solusi terhadap permasalahan yang ada di kelas atau di sekolah. Peneltian memberikan dukungan empirik dalam meningkatkan inovasi pembelajaran dan menunjang profesionalitas guru.
4.    Guru Menguasai TIK
Guru yang hidup di era milineal harus menguasai teknologi informasi sebagai media pembelajaran, karena sumber informasi saat ini menjadi barang publik yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja tidak hanya pada guru saja. Melalui media internet, ppt, video pembelajaran, aplikasi praktikum sangat membantu guru dalam mendukung teori kecerdasan ganda gardner dan memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda.
Saat ini yang lagi populer kelas digital dengan aplikasi admodo, guru dapat membuat soal, tugas, e-book, video pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar sendiri jika guru tidak masuk. Tentunya semua ini akan tercapai jika guru tersebut menguasai TIK.
Di era digital, dunia menjadi terasa sempit karena komunikasi sedemikian dekat walaupun jauh. Akan tetapi semua itu tentunya memiliki sisi positif dan negatif khususnya dalam dunia pendidikan. Guru sebagai agen pembaruan pendidikan harus meningkatkan profesionalismenya dengan cara guru harus mempunyai kualifikasi pendidikan minimal S1 dan sertifikat pendidik sehingga menjadi guru profesional, kemudian guru juga harus memahami MMP yakni materi, metode pembelajaran, dan penilaian sehingga dalam mengelola kelas berjalan dengan baik, artinya input (KBM) dan Output (hasil Belajar) semuanya tercapai.
Untuk meningkatkan profesionalitasnya perlu adanya pengembangan keprofesian berkelanjutan dengan mengikuti diklat fungsional (MGMP) agar pengetahuannya terus berkembang dan mengadakan penelitian agar proses pembelajaran di kelas berkualitas serta guru perlu menguasai KTI untuk mendukung pembelajaran di era digital karena guru zaman now merupakan guru smart generasi milineal.
Tantangan pendidikan di era digital abad 21 akan terjawab, jika semua upaya diatas telah dilakukan oleh guru, sehingga guru akan menjadi guru yang unggul dalam melatih ketrampilan 4C siswa yakni kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, serta kolaborasi atau kerja sama.

Daftar Pustaka

Dirjen GTK. 2016. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Buku 4. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Priansa. 2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.

Suparlan, 2005. Guru Sebagai Profesi.Yogyakarta. Hikayat.

Suyanto, 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Milineum III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.

2 komentar: